
Kini emas bagaikan barang langka yang sedang diburu oleh masyarakat. Bahkan mereka rela datang sejak subuh dan antre panjang untuk membeli emas di gerai maupun toko penjual emas.
Kenaikan harga emas yang signifikan di sepanjang tahun ini mendorong kesadaran sebagian masyarakat untuk memborong emas sebelum naik lebih tinggi. Hingga perdagangan Jumat (17/4/2025), harga emas dunia telah melesat 27% di sepanjang 2025, dan kini berada di level US$3.327,54 per troy ons.
Kenaikan harga emas sejalan dengan kenaikan harga emas logam mulia Antam yang melesat hingga 30% di sepanjang 2025 dari Rp1.515.000 per gram pada akhir Desember 2024, menjadi Rp1.965.000 per gram pada Sabtu (18/4/2025).
Kenaikan harga emas yang lebih tinggi dibandingkan instrumen investasi lainnya seperti obligasi, deposito maupun saham, mendorong banyak orang untuk kembali berinvestasi ke aset emas.
Sebelumnya terjadi antrean panjang di depan gerai Logam Mulia Antam di Pondok Indah Mall sejak April 2025. Para pemburu emas rela antre berjam-jam sejak pagi buta, saat mal pun belum juga dibuka.
Para pemburu emas Antam ini rela antre berjam-jam demi mendapatkan logam mulia yang harganya sedang meroket.
Kemudian, butik emas Logam Mulia (LM) Antam di Pulogadung, Jakarta Timur, ramai diserbu pembeli. Saking ramainya, banyak pengunjung yang harus menunggu di depan butik emas, menunggu giliran masuk.
Berdasarkan laporan detikcom di lokasi, Kamis (10/4/2025), pengunjung sudah mulai datang sekitar pukul 07.40 WIB. Setibanya di gerbang masuk butik, pengunjung yang sebagian besar datang naik kendaraan bermotor langsung antre masuk.
Semakin siang, jumlah pengunjung yang datang ke butik emas Antam di Pulogadung semakin banyak. Tidak sedikit pengunjung yang akhirnya berkerumun di depan butik menunggu giliran masuk dan membeli emas.
Begitu juga dengan Butik Emas Logam Mulia Bekasi, berdasarkan pantauan CNBC Indonesia, Jumat (11/4/2025), antrean panjang sudah mengular di depan butik.
Puluhan warga sudah memadati butik sejak pagi hari untuk membeli produk Certicard Emas Batangan. Terpantau sejak pukul 06.00 antrean sudah mengular hingga melewati delapan ruko di sisi butik, meskipun gerai baru dibuka pukul 08.30 WIB. Bahkan terdapat salah satu warga yang datang sejak pukul 04.30 WIB.
Meningkatnya minat dan permintaan emas dalam negeri bukan hanya didorong oleh kenaikan semata dari harga emas atau hanya Fear of Missing Out (FOMO), akan tetapi menjadi alternatif investasi lain selain rupiah dan juga saham.
Sebagian masyarakat juga khawatir akan terjadinya resesi akibat perang tarif yang dipicu oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Resesi tersebut dipicu akibat melemahnya ekonomi jika perang dagang dunia tak dapat dikendalikan.
China Balas Trump
China kembali melakukan manuver signifikan dalam menanggapi perang tarif dengan Amerika Serikat dengan menaikkan tarif atas impor AS menjadi 125% pada Jumat (11/4/2025).
Sebelumnya, AS telah menaikkan tarif untuk impor China menjadi 145%. Adapun aksi saling balas ini meningkatkan tensi perang dagang yang mengancam menghancurkan rantai pasok global.
Pemberlakuan tarif yang sangat tinggi oleh AS terhadap China secara serius melanggar aturan perdagangan internasional dan ekonomi, hukum ekonomi dasar, dan akal sehat, serta merupakan intimidasi dan pemaksaan sepihak,” kata Kementerian Keuangan China dalam sebuah pernyataan, dilansir Reuters.
Kementerian tersebut mengatakan, jika AS terus mengenakan tarif tambahan pada barang-barang China yang diekspor ke AS, Negeri Tirai Bambu akan mengabaikannya.
Selain itu, Misi China untuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengatakan telah mengajukan keluhan tambahan terhadap tarif AS. Beijing juga mengatakan bahwa keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menangguhkan tarif resiprokal pada negara lain sebagian terjadi setelah “tekanan dari China”.
Selain itu, dari dalam negeri juga terdapat beberapa kabar kurang baik yang mengkhawatirkan sebagian masyarakat.
Defisit APBN
Defisit APBN per Maret 2025 mencapai Rp 104,2 triliun per akhir Maret 2025, atau setara 0,43% dari produk domestik bruto (PDB). Berbanding terbalik dari Maret 2024 yang masih mencatatkan surplus APBN sebesar Rp8,1 triliun atau 0,04%. Defisit APBN terjadi usai belanja negara naik tetapi penerimaan negara justru turun.
Pendapatan negara per Maret 2025 tercatat turun 16,8% (yoy) senilai Rp516,2 triliun, dari posisi Maret 2024 senilai Rp620,01 triliun, atau terjadi penurunan pendapatan negara hingga Rp103,8 triliun dari tahun lalu.
Penerimaan pajak merupakan kontributor utama pendapatan negara, yakni Rp322,6 triliun per Maret 2024 atau 14,7% dari target APBN 2025 senilai Rp2.189,3 triliun. Penerimaan pajak Maret 2025 tercatat turun 18,1% (yoy) dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp393,9 triliun, atau terjadi penurunan hingga Rp71,3 triliun dari tahun lalu.
Namun, pendapatan dari kepabeanan dan cukai telah mencapai Rp77,5 triliun atau mencakup 25,7% dari target Rp301,6 triliun. Pendapatan bea cukai Maret 2025 tercatat tumbuh 12,3% (YoY) atau Rp8,5 triliun dari Maret 2024 senilai Rp69 triliun.
Sementara itu, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) telah mencapai Rp115,9 triliun atau 22,6% dari target Rp513,6 triliun. Setoran PNBP turun 26% (yoy) dari Maret 2024 senilai Rp156,7 triliun.
Daya Beli Melemah Saat Lebaran
Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menyebutkan daya beli masyarakat DKI Jakarta menurun sebesar 25% saat Lebaran 2025.
Selain itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui bahwa penurunan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) pada musim mudik Lebaran 2025, salah satunya karena turunnya angka pemudik.
“Tadi sebelum saya mulai, saya ngobrol dengan Ibu Kepala BPH, karena saya yakin ini akan ditanyakan. Salah satu yang kami temukan, bahwa jumlah pemudik sekarang dibandingkan tahun lalu itu kan turun. Jadi salah satu angka yang kemungkinan ada korelasinya,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana dalam acara Penutupan Posko RAFI 2025 sektor ESDM, di Kantor BPH Migas, Jakarta, Jumat (11/4/2025).
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan badan kebijakan transportasi, pusat statistik, Kementerian Perhubungan dan akademisi, jumlah pemudik diperkirakan hanya 146,48 juta orang atau sekitar 52% dari penduduk Indonesia. Angka itu turun 24% dibandingkan tahun lalu yang mencapai 193,6 juta pemudik.
Berkurangnya jumlah pemudik ini menjadi anomali karena secara historis selalu mengalami kenaikan.
Perputaran Uang Saat Lebaran Anjlok
Perputaran uang selama Idul Fitri 2025 diprediksi turun. Ramalan ini merujuk pada jumlah pemudik yang mengalami penurunan.
Sebelumnya, berdasarkan hasil survei yang dilakukan badan kebijakan transportasi, pusat statistik, Kementerian Perhubungan dan akademisi, jumlah pemudik diperkirakan hanya 146,48 juta orang atau sekitar 52% dari penduduk Indonesia. Angka itu turun 24% dibandingkan tahun lalu yang mencapai 193,6 juta pemudik.
“Jika tahun lalu asumsi perputaran uang selama Idul Fitri 2024 mencapai Rp 157,3 triliun, maka asumsi perputaran uang libur Iduel Fitri 2025 diprediksi mencapai Rp 137.975 triliun,” kata Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang, dalam pernyataan pers, Selasa (18/3/2025).
“Prediksi tersebut dihitung dari jumlah pemudik tahun ini sejumlah 146,48 atau setara dengan 36,26 juta keluarga dengan asumsi per keluarga empat orang,” ujarnya.
“Jika rata rata keluarga membawa uang sebesar Rp 3.75 juta naik 10% dari tahun lalu maka potensi perputaran uang diprediksi sebesar Rp 137.975 triliun,” lanjutnya.
Jumlah ini, menurut dia, sebenarnya masih berpotensi naik meski sedikit, masih turun dibanding 2024. Hal ini jika angka rata rata per keluarga diambil angka yang minimal dan moderat.
Jika per keluarga membawa rata rata Rp 4 juta, jelas Sarman, maka potensi perputaran bisa mencapai Rp 145.040 triliun. Sehingga potensi perputaran dikisaran Rp 137-145 triliun.
Lebih lanjut dikatakan Sarman, penurunan pemudik ini terjadi karena beberapa hal. Pertama, jarak libur Nataru (Natal dan Tahun Baru) serta Idulfitri yang sangat berdekatan.
PHK masif
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) mencatat jumlah tenaga kerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) di Indonesia mencapai lebih dari 18.000 orang. Khususnya dalam dua bulan pertama 2025.
Berdasarkan data dalam laman Satu Data Ketenagakerjaan Kemnaker, jumlah orang yang ter-PHK mencapai 18.610 orang per Februari 2025. Angka tersebut meningkat hampir 6 kali lipat dari bulan Januari yang sebanyak 3.325 PHK.
Seperti diketahui, gelombang PHK kembali menghantam berbagai industri di seluruh dunia, mulai dari energi, perbankan hingga teknologi.
Terbaru, pabrik alas kaki di Cirebon, Jawa Barat, PT Yihong Novatex, merumahkan 1.126 pekerjaannya pada bulan lalu. Menurut pihak perusahaan, PHK dikarenakan aksi mogok kerja yang dilakukan buruh.
Sementara itu, Partai Buruh dan KSPI mencatat sedikitnya 60 ribu buruh telah mengalami PHK dari 50 perusahaan, ada 37 perusahaan yang sudah melakukan PHK dalam bulan Januari – Februari 2025 dengan jumlah 44.069 buruh yang tidak dibayar pesangon dan THR-nya oleh pengusaha tersebut.