
Di negeri tempat legenda naga bermula, angin perubahan kini berembus ke arah yang tak terduga. Bukan lagi hanya rakyat biasa yang diminta berkorban untuk stabilitas negeri, tapi para naga emas itu sendiri, mereka yang selama ini tinggal di menara kekayaan yang menjulang tinggi.
Melansir dari IFC pemerintah China mulai menajamkan mata pedangnya ke dalam pajak atas kekayaan luar negeri para taipan mulai ditegakkan.
Di tengah ekonomi yang lesu dan penurunan tajam pendapatan dari penjualan tanah, Beijing mulai menegakkan pajak atas keuntungan investasi luar negeri bagi warganya yang memiliki aset offshore minimal US$10 juta. Pajak ini bukan hal baru di atas kertas, tapi baru sekarang ditegakkan secara nyata dengan tarif hingga 20% dan ancaman penalti keterlambatan. Ini bukan hanya strategi fiskal, tapi juga bagian dari narasi “kemakmuran bersama” Presiden Xi Jinping, demi memperkecil jurang antara si sangat kaya dan sisanya.
Dari miliarder teknologi hingga raja baterai, banyak nama yang kini tengah diteropong otoritas pajak. Mereka diminta melakukan penilaian mandiri atau bahkan menghadiri panggilan langsung otoritas.
Targetnya? Keuntungan dari saham di perusahaan yang listing di AS atau Hong Kong aset yang dulu menjadi simbol globalisasi kini berubah menjadi beban dalam negeri. Aksi ini seolah jadi babak baru dalam pertunjukan panjang reformasi China setelah internet, properti, kini giliran uang yang bersembunyi di luar negeri.
Sinyal ini langsung menggetarkan pasar. Apalagi, menurut Boston Consulting Group, sekitar US$1 triliun dari kekayaan pribadi warga China disimpan di luar negeri. Dengan pengawasan makin ketat, investor ultra-kaya bisa jadi mulai memikirkan kembali lokasi simpanan mereka. Tak hanya menyentuh urusan fiskal, langkah ini bisa berdampak besar pada arus modal lintas negara, terutama dari dan ke pusat finansial seperti Hong Kong, Singapura, hingga Swiss.
Jika langkah ini terus bergulir, sejumlah nama besar dalam daftar 100 orang terkaya China kemungkinan akan masuk radar pengawasan. Mereka simbol dari ekonomi modern China, dari air minum dalam kemasan, gim daring, baterai mobil listrik, hingga e-commerce global. Keberhasilan mereka membangun kekayaan dalam dua dekade terakhir kini harus bersanding dengan realitas baru kontribusi fiskal yang lebih besar pada negara.
Kehadiran nama-nama seperti Zhong Shanshan pendiri Nongfu Spring yang dulunya tukang bangunan hingga Jack Ma yang sempat menghilang dari radar publik, memperlihatkan betapa luas spektrum ekonomi China modern.