The Fed diprediksi akan memangkas suku bunga selama dua kali di semester 2 tahun 2024. Hal ini pun diiringi dengan penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) meski tidak terlalu banyak.
Kepala Ekonom Mandiri Sekuritas Rangga Cipta mengatakan Fed Fund Rate akan dipotong sebanyak dua kali pada paruh kedua tahun ini. Masing-masing pemotongannya sebesar 25 basis poin (bps).
“Fed at least mungkin ya di second semester bisa cut sebanyak 2 kali 25 basis poin. Memang melihat perkembangan terakhir risikonya adalah keuntungan Fed cut lebih banyak dan lebih cepat,” ucap Rangga dalam Mandiri Sekuritas Market Outlook di Jakarta, Rabu, (7/8/2024).
Sementara Bank Indonesia (BI) diproyeksikan hanya akan memangkas suku bunga sebanyak 1 kali pada tahun ini. Adapun besarannya sebanyak 20 basis poin.
“Tetapi memang kemungkinannya adalah bisa lebih besar kalau Amerika mengalami resesi atau hardening. Tahun depan kita ekspektasi BI yang akan memangkas mungkin lebih besar, karena tadi kita melihat rupiah ada ruang pemuatan yang lebih signifikan,” kata Rangga.
Penurunan suku bunga ini disebabkan oleh tanda-tanda perlambatan ekonomi AS. Meski demikian, ihwal pemangkasan ini masih dibayangi beberapa risiko lain.
Diketahui, risiko ekonomi akan meningkat di penghujung tahun, terutama dipengaruhi oleh pemilihan umum di Amerika Serikat. Menurut Rangga, hasil pemilu ini sangat penting karena dapat mempengaruhi stimulus ekonomi yang besar di Amerika, yang menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonominya.
“Kalau kandidat yang menang nanti di Amerika masih akan mempertahankan stimulus di sekalian agresif, ini berarti momentum pertumbuhan di Amerika akan tetap tinggi,” ujar Rangga.
Hal ini dapat menyebabkan inflasi tetap tinggi dan mengurangi ruang untuk kebijakan moneter yang ketat. Rangga juga menyebutkan bahwa potensi resesi di Amerika semakin nyata, dengan beberapa data terbaru menunjukkan pemburukan ekonomi yang cepat.
“Orang yang tadinya narasinya higher for longer sekarang sudah switch menjadi potensi resesi yang meningkat,” tambahnya.
Potensi resesi ini membawa dampak ganda bagi Indonesia. Di satu sisi, penurunan suku bunga dapat menguntungkan. Akan tetapi kontribusi ekonomi Amerika yang sekitar 20% terhadap ekonomi global berarti jika Amerika mengalami masalah, negara lain, termasuk Indonesia, juga akan terdampak.
“Ekspor kita ke Amerika itu sekitar hampir 10%, paling nggak itu ada direct impact,” jelas Rangga.
Rangga juga memberikan pandangan mengenai nilai tukar rupiah. Menurutnya, semester kedua tahun ini, rupiah seharusnya akan lebih kuat.
“Di kuartal 3 mungkin rupiah bisa membuat bawah Rp16.000, ya mungkin kisaran Rp 15.900,” prediksi Rangga.
Namun, ia juga memperingatkan bahwa pada kuartal 4, rupiah mungkin akan kembali tertekan karena faktor-faktor risiko yang telah disebutkan sebelumnya, sehingga bisa kembali ke kisaran Rp16.000.