Pasar Masih Tunggu Kabar dari AS, Dolar Naik ke Rp 16.160

Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah keraguan pasar perihal data ekonomi AS untuk memastikan terjadinya pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed).

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah 0,03% di angka Rp16.160/US$ pada hari ini, Jumat (19/7/2024). Hal ini senada dengan pelemahan yang terjadi kemarin (18/7/2024) sebesar 0,34%.

Bahkan tak sampai lima menit sejak perdagangan dibuka, rupiah kembali terdepresiasi di atas level Rp16.200/US$.

Sementara DXY pada pukul 09:04 WIB naik tipis 0,09% di angka 104,26. Angka ini lebih tinggi dibandingkan posisi kemarin yang berada di angka 104,17.

Tekanan terhadap rupiah terjadi khususnya di tengah penguatan DXY yang cukup signifikan.

Tampak pelaku pasar masih menunggu data-data ekonomi AS untuk semakin yakin terjadinya pemangkasan suku bunga The Fed di September 2024.

Kendati demikian, pejabat tinggi The Fed mengatakan pada hari Rabu bahwa bank sentral AS “lebih dekat” untuk memangkas suku bunga mengingat lintasan inflasi yang membaik dan pasar tenaga kerja dalam keseimbangan yang lebih baik, pernyataan yang membuka jalan bagi yang pertama pengurangan biaya pinjaman pada bulan September.

Gubernur Fed Christopher Waller dan Presiden Fed New York John Williams sama-sama mencatat semakin pendeknya cakrawala menuju kebijakan moneter yang lebih longgar.

Waller menyoroti hal ini dalam pidatonya di Kansas City Fed dan Williams menegaskannya dalam wawancara.

Secara terpisah, Presiden Fed Richmond Thomas Barkin merasa “sangat gembira” bahwa penurunan inflasi mulai meluas. “Saya ingin melihat hal ini berlanjut,” katanya kepada kelompok bisnis di Maryland.

Lebih lanjut, survei perangkat Fedwatch, pasar menilai ada peluang bank sentral AS The Federal Reserve/The Fed mulai pangkas suku bunga pada September. Probabilitas mencapai 91,7 suku bunga turun pertama kali sebesar 25 basis poin menjadi 5,00%-5,25%.

Pemangkasan tersebut berlanjut pada dua pertemuan berikutnya, masing-masing 25 basis poin pada pertemnuan November dan satu lagi pada Desember.

Sehingga pada akhir tahun suku bunga The Fed berada di kisaran target 4,50%-4,75% dengan penurunan tiga kali dalam setahun.

Jika hal ini benar terjadi, maka DXY berpotensi terus menurun ke depannya dan tekanan terhadap rupiah semakin minim.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*