Bank Dunia: Kesempatan RI, China & India Jadi Negara Kaya

Foto: Getty Images/Per-Anders Pettersson

Bank Dunia (World Bank) mencatat sebanyak 108 negara termasuk Indonesia, China, India, Brasil dan Afrika Selatan yang masuk ke dalam kategori negara berpendapatan menengah berisiko sulit untuk naik tingkat.

Artinya mereka berisiko terjebak sebagai negara berpendapatan menengah dan sulit menjadi negara berpendapatan tinggi jika tidak melakukan terobosan besar.

“Perjuangan untuk mencapai kemakmuran ekonomi global sebagian besar akan dimenangkan atau dikalahkan oleh negara-negara berpendapatan menengah,” kata Indermit Gill, Kepala Ekonom Grup Bank Dunia dan Wakil Presiden Senior untuk Ekonomi Pembangunan.

Namun, Gill melihat terlalu banyak negara-negara ini yang mengandalkan strategi kuno untuk menjadi negara maju. Pasalnya, Gill menilai negara-negara ini terlalu lama bergantung pada investasi atau beralih ke inovasi sebelum waktunya.

Oleh karena itu, diperlukan pendekatan baru: pertama-tama fokus pada investasi; kemudian tambahkan penekanan pada pemasukan teknologi baru dari luar negeri; dan, terakhir, terapkan strategi tiga cabang yang menyeimbangkan investasi, pemasukan, dan inovasi. Kebijakan ini, menurutnya, harus dilakukan secara presisi.

“Dengan meningkatnya tekanan demografi, ekologi, dan geopolitik, tidak ada ruang untuk kesalahan,” tegas Gill.

Bank Dunia dalam laporan ‘the World Development Report 2024 : The Middle Income Trap’ menemukan bahwa dalam 50 tahun terakhir, seiring negara-negara menjadi lebih kaya, mereka biasanya mencapai “jebakan” pendapatan per kapita, dimana sekitar 10% dari PDB tahunan AS per orang-setara dengan US$8.000 saat ini.

Sebagai catatan, level ini berada di tengah kisaran yang diklasifikasikan Bank Dunia sebagai negara-negara “berpenghasilan menengah”.

Menurut Bank Dunia, sejak 1990, hanya 34 negara berpendapatan menengah yang berhasil beralih ke status berpendapatan tinggi-dan lebih dari sepertiganya merupakan penerima manfaat dari integrasi ke dalam Uni Eropa, atau dari penemuan sumber minyak.

Bank Dunia mengusulkan “strategi 3i” bagi negara-negara middle income untuk mencapai status berpendapatan tinggi. Ini akan bergantung pada tahap pembangunan masing-masing negara. Namun, Bank Dunia berpandangan semua negara perlu mengadopsi campuran kebijakan yang berurutan dan semakin canggih.

Negara-negara berpendapatan rendah dapat berfokus hanya pada kebijakan yang dirancang untuk meningkatkan investasi-fase 1i.

Namun begitu mereka mencapai status berpendapatan menengah ke bawah, mereka perlu mengubah arah dan memperluas campuran kebijakan ke fase 2i: investasi dan infusi, yang terdiri dari adopsi teknologi dari luar negeri dan menyebarkannya ke seluruh perekonomian.

Kemudian, pada tingkat berpendapatan menengah ke atas, negara-negara harus mengubah arah lagi ke fase 3i terakhir: investasi, infusi, dan inovasi. Dalam fase inovasi, negara-negara tidak lagi sekadar meminjam ide dari batas-batas teknologi global-mereka mendorong batas-batas tersebut. Namun, Bank Dunia melihat hal ini tidak akan mudah dilakukan ke depannya.

“Jalan ke depan tidak akan mudah, tetapi negara-negara mungkin dapat membuat kemajuan bahkan dalam kondisi yang penuh tantangan saat ini,” kata Somik V. Lall, Direktur World Development Report 2024.

Lall menegaskan keberhasilan akan bergantung pada seberapa baik masyarakat menyeimbangkan kekuatan penciptaan, pelestarian, dan penghancuran.

“Negara-negara yang mencoba menyelamatkan warga negaranya dari kesulitan yang terkait dengan reformasi dan keterbukaan akan kehilangan keuntungan yang berasal dari pertumbuhan berkelanjutan.”

RI dan India Sulit Menyamai AS

Pada akhir tahun 2023, 108 negara diklasifikasikan sebagai negara berpendapatan menengah, masing-masing dengan PDB per kapita tahunan dalam kisaran US$ 1.136 hingga US$ 13.845. Negara-negara ini adalah rumah bagi enam miliar orang-75% dari populasi global-dan dua dari setiap tiga orang hidup dalam kemiskinan ekstrem.

Gill mengatakan mereka menghasilkan lebih dari 40% PDB global dan lebih dari 60% emisi karbon. Kini, negara-negara ekonomi menengah ini menghadapi tantangan yang jauh lebih besar daripada pendahulu mereka ketika keluar dari perangkap pendapatan menengah atau middle income trap.

Masalahnya saat ini meliputi populasi yang menua dengan cepat, meningkatnya proteksionisme di negara-negara maju, dan kebutuhan untuk mempercepat transisi energi.

Namun, Gill melihat banyak negara berpendapatan menengah masih menggunakan buku pedoman dari berabad-abad yang lalu, terutama dalam mengandalkan kebijakan yang dirancang untuk memperluas investasi.

“Itu seperti mengendarai mobil hanya dengan gigi pertama dan berusaha membuatnya melaju lebih cepat. Jika mereka tetap menggunakan buku pedoman lama, sebagian besar negara berkembang akan kalah dalam perlombaan untuk menciptakan masyarakat yang cukup makmur pada pertengahan abad ini,” papar Gill.

Dengan tren saat ini, dia menilai Tiongkok akan membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun hanya untuk mencapai seperempat pendapatan per kapita AS, lalu Indonesia butuh waktu hampir 70 tahun, dan India 75 tahun.

Oleh sebab itu, Bank Dunia berharap ada perubahan radikal di negara-negara middle income untuk naik kelas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*