Direktur Ketahanan Ekonomi Sosial dan Budaya, Kementerian Dalam Negeri Budi Arwan (kiri), Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi (tengah), dan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Heryawan (kanan) memberikan paparan dalam acara Indonesian Youth Summit on Tobacco Control (IYSTC) ke-3 di Jakarta, Selasa (3/12/2024). Nadia menyebutkan bahwa diversifikasi tanaman adalah salah satu upaya yang baik dalam mengendalikan tembakau dan memastikan kesejahteraan petani. ANTARA/Mecca Yumna
Kementerian Kesehatan menyebut diversifikasi tanaman adalah salah satu upaya bagus untuk mengendalikan rokok serta memastikan kesejahteraan petani, sebagai respons dari berbagai kekhawatiran tentang kesejahteraan petani tembakau jika produk rokok dibatasi.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi di Jakarta, Selasa, mengatakan, kekhawatiran tersebut muncul karena selama 10 tahun terakhir produksi rokok nasional menurun.
Akan tetapi, menurut dia, penurunan itu bukan karena kebijakan seperti Kawasan Tanpa Rokok oleh Kementerian Dalam Negeri atau UU Nomor 17 tahun 2023 tentang Kesehatan dari Kemenkes.
“Tapi karena konsolidasi, mekanisasi, dan otomatisasi dari pabrik itu sendiri. Jadi artinya pabriknya itu mengalami efisiensi, sehingga produksi turun,” katanya pada konferensi pers yang digelar Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC).
Dia menyebutkan bahwa pada 2011 ada 1.664 pabrik rokok dan pada 2018 jumlahnya turun menjadi 770 karena efisiensi tersebut.
Nadia pun mengatakan, meski Indonesia memang merupakan satu dari 10 negara penghasil tembakau terbesar secara global, namun ekspornya tidak sebesar yang diharapkan karena kualitasnya kurang. Sehingga, impor tembakau untuk produksi rokok nasional lebih besar.
“Jadi sebenarnya memang kita harus dorong petani-petani tembakau kita itu untuk melakukan diversifikasi,” katanya.
Dia pun mengapresiasi inisiatif dari anggota Dewan Perwakilan Remaja asal Magelang Rizka Afif Muhammad yang melakukan kontrol dengan pendekatan kedaulatan pangan dan diversifikasi tanaman nontembakau, yakni penanaman tanaman kayu-kayuan yang memiliki banyak kegunaan (multi-purpose tree species/MPTS).
Afif mengatakan, inisiatifnya adalah menanam 30 MPTS bersama dengan sembilan organisasi di tingkat lokal, regional, nasional, dan juga internasional untuk memperkuat keberlanjutan sistem pangan lokal.
“Kami percaya bahwa bertani merupakan bagian dari menyelamatkan masa depan, memberikan kebebasan kita untuk terus bernafas bebas,” katanya. https://wikimodia.online