
Kepercayaan publik terhadap Presiden Donald Trump dalam mengelola perekonomian Amerika Serikat (AS) menunjukkan tren yang makin memburuk di masa jabatan keduanya, seiring meluasnya ketidakpuasan atas kebijakan tarif, lonjakan inflasi, serta pengeluaran pemerintah.
Hasil survei ekonomi terbaru CNBC menunjukkan angka persetujuan ekonomi terburuk yang pernah dicatatkan Trump selama karier kepresidenannya, bahkan lebih rendah dibanding saat ia meninggalkan Gedung Putih pada 2020.
Dalam survei nasional yang dilakukan pada 9-13 April terhadap 1.000 responden AS, tingkat persetujuan terhadap kinerja Trump secara umum berada di angka 44%, sementara 51% menyatakan tidak puas.
Namun yang menjadi sorotan adalah persetujuan terhadap kebijakan ekonomi presiden yang hanya mencapai 43%, dan tingkat ketidakpuasan melonjak hingga 55%. Untuk pertama kalinya dalam survei CNBC, Trump mencatatkan nilai negatif bersih dalam urusan ekonomi selama masa jabatannya.
“Donald Trump terpilih kembali dengan janji untuk memperbaiki ekonomi, tapi sejauh ini publik tidak menyukai apa yang mereka lihat,” kata Jay Campbell, mitra dari Hart Associates, lembaga survei Demokrat yang terlibat dalam riset tersebut, dikutip Senin (21/4/2025).
Gelombang Pesimisme
Survei tersebut menunjukkan bahwa meskipun Trump masih mendapat dukungan kuat dari basis Partai Republik, Demokrat mencatatkan angka netral -90 dalam penilaian ekonomi, lebih negatif 30 poin dibanding rata-rata mereka pada masa jabatan pertama Trump. Bahkan pemilih independen kini tercatat 23 poin lebih negatif dibanding sebelumnya.
Kelompok pekerja kerah biru yang berperan besar dalam kemenangan Trump juga mulai goyah. Walau masih menunjukkan kecenderungan positif terhadap kebijakan ekonomi sang presiden, angka ketidakpuasan mereka meningkat 14 poin dibandingkan masa jabatan pertamanya.
“Kita sedang berada di pusaran perubahan yang besar dalam hal bagaimana publik memandang masa depan,” ujar Micah Roberts, mitra dari Public Opinion Strategies, lembaga survei dari kubu Republik.
“Data menunjukkan bahwa reaksi partisan negatif sangat dominan dalam membentuk ketidakpuasan dan kekhawatiran masyarakat tentang apa yang akan terjadi.”
Sebanyak 49% responden percaya ekonomi akan memburuk dalam setahun ke depan, mencatatkan rekor pesimisme tertinggi sejak 2023. Meski 76% pendukung Republik optimistis terhadap masa depan ekonomi, 83% Demokrat dan 54% independen memperkirakan kondisi ekonomi akan semakin suram.
Dari kelompok yang percaya kebijakan Trump akan berdampak positif, 27% menyebut efeknya baru terasa dalam satu tahun atau lebih, sementara 40% yang menilai kebijakannya negatif menyatakan dampak buruk sudah terjadi saat ini.
Kebijakan Tarif: Sumber Ketidakpuasan Lintas Partai
Kebijakan tarif yang dijalankan Trump tampaknya menjadi titik api utama dalam ketidakpuasan publik. Sebanyak 49% menolak tarif menyeluruh, sementara hanya 35% yang mendukung. Mayoritas menyebut tarif berdampak buruk bagi pekerja Amerika, inflasi, dan perekonomian secara keseluruhan.
Partai Demokrat menolak tarif dengan selisih 83 poin, independen menolak dengan selisih 26 poin, sementara pendukung Republik mendukung kebijakan tarif dengan selisih 59 poin-turun 20 poin dari dukungan terhadap presiden secara umum (79%).
Mayoritas warga Amerika kini melihat negara-negara seperti Kanada, Meksiko, Uni Eropa, dan Jepang sebagai peluang ekonomi, bukan ancaman-sebuah perubahan signifikan dibandingkan persepsi publik selama masa jabatan pertama Trump.
Bahkan, sebagian besar pendukung Republik pun cenderung menyukai hubungan ekonomi dengan negara-negara tersebut, yang bertolak belakang dengan retorika konfrontatif presiden.
Namun untuk China, publik masih memandangnya sebagai ancaman ekonomi, dengan margin 44% berbanding 35%. Angka ini menunjukkan persepsi yang jauh lebih negatif dibanding survei CNBC pada 2019.
Inflasi Jadi Titik Lemah Utama
Penanganan inflasi menjadi bidang dengan performa terburuk bagi Trump, dengan 60% publik menyatakan tidak puas dan hanya 37% yang mendukung. Bahkan di kalangan Partai Republik sendiri, persetujuan terhadap penanganan inflasi hanya 58%, yang menjadi tingkat persetujuan terendah dari seluruh isu yang ditanyakan dalam survei.
Sebanyak 57% publik percaya Amerika sedang atau akan segera memasuki resesi, naik tajam dari 40% pada Maret 2024. Dari jumlah itu, 12% yakin resesi sudah dimulai.
Kebijakan pengeluaran pemerintah dan urusan luar negeri juga tak luput dari kritik publik. Penanganan pengeluaran federal hanya disetujui oleh 45% responden, sementara 51% menolaknya. Dalam kebijakan luar negeri, 42% menyatakan puas dan 53% tidak puas.
Imigrasi Jadi Poin Kuat
Dari semua isu yang diuji dalam survei, imigrasi menjadi satu-satunya area dengan angka persetujuan bersih bagi Trump. Penanganan perbatasan selatan disetujui oleh 53% responden, sementara deportasi imigran ilegal didukung oleh 52%.
Bahkan mayoritas pemilih independen mendukung deportasi, dan 22% pemilih Demokrat menyatakan mendukung kebijakan Trump di perbatasan selatan. Meski kecil, ini merupakan isu terbaik Trump di mata Demokrat.
Sentimen Pasar
Optimisme pasar saham yang sempat melonjak usai pemilihan ulang Trump kini berubah drastis menjadi pesimisme. Sebanyak 53% publik menyatakan saat ini adalah waktu yang buruk untuk berinvestasi, sementara hanya 38% yang mengatakan sebaliknya.
Ini merupakan perubahan sentimen paling tajam dalam dua tahun terakhir, bahkan lebih drastis dibandingkan lonjakan optimisme pasar pada survei Desember lalu.
Keuntungan bagi Demokrat?
Kendati tingkat kepuasan terhadap Trump terus menurun, survei menunjukkan bahwa hal tersebut belum memberi dorongan elektoral yang berarti bagi Partai Demokrat. Ketika ditanya tentang preferensi partai untuk mengontrol Kongres, 48% publik memilih Demokrat dan 46% memilih Republik-nyaris tidak berubah sejak survei CNBC pada Maret 2022.
Hasil ini menegaskan bahwa meskipun ketidakpuasan publik terhadap Trump meningkat, publik belum sepenuhnya yakin pada alternatif politik yang ditawarkan Demokrat, menandakan kontestasi yang akan tetap sengit menjelang pemilu mendatang.