Mpox atau monkeypox kembali menjadi perhatian setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan penyakit zoonosis tersebut sebagai darurat kesehatan masyarakat global untuk yang kedua kalinya setelah 2022.
Meskipun varian baru, yakni Clade 1 diklaim masih belum ditemukan di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) meminta masyarakat RI untuk mulai meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penularan virus Mpox.
“Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, menerapkan perilaku seksual yang sehat, seperti tidak gonta ganti pasangan ataupun perilaku seks sesama jenis,” ujar Plh. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr. Yudhi Pramono, dikutip Jumat (23/8/2024).
“Jika bergejala Mpox, segera mengunjungi dokter ke fasilitas kesehatan terdekat,” sambungnya.
Selain itu, Yudhi juga meminta masyarakat Indonesia untuk menghindari sementara rencana perjalanan ke luar negeri, terutama ke negara-negara yang terjangkit Mpox. Saat ini, negara-negara yang telah mengonfirmasi kasus terbaru Mpox, termasuk Clade I adalah Benua Afrika, Swedia, dan Thailand.
Yudhi mengatakan bahwa Mpox dapat menular melalui kulit ke kulit atau membran mukosa, termasuk saat melakukan kontak seksual. Sementara itu, penularan melalui droplet umumnya membutuhkan kontak erat yang lama sehingga anggota keluarga yang tinggal serumah atau kontak erat dengan kasus lebih berisiko untuk tertular.
Mengutip dari laman resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ada beberapa cara penularan Mpox yang sejauh ini ditemukan oleh para ahli, yakni dari manusia ke manusia, benda sekitar, kehamilan, manusia ke hewan, dan hewan ke manusia. Berikut ulasannya.
1. Manusia ke Manusia
Sejauh ini, Mpox ditemukan dapat menular dari manusia ke manusia melalui sentuhan, hubungan seks, dan berbicara atau bernapas di dekat seseorang yang mengidap Mpox. Dilaporkan, penularan melalui berbicara atau bernapas dapat terjadi berkat partikel pernapasan atau droplet dari pasien terkonfirmasi.
Namun, WHO mengungkapkan bahwa penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengetahui bagaimana virus menyebar selama wabah di berbagai tempat dan kondisi.
2. Benda
Sejauh ini, para ilmuwan menemukan bahwa virus penyebab Mpox mampu bertahan selama beberapa waktu pada pakaian, perlengkapan tidur, handuk, benda, elektronik, dan permukaan yang telah disentuh oleh pengidap Mpox.
“Orang lain yang bersentuhan dengan barang-barang tersebut dapat terinfeksi jika tidak mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh mata, hidung, dan mulut mereka,” tulis PBB.
3. Kehamilan
Ternyata, Mpox dapat menyebar selama kehamilan ke janin, selama atau setelah kelahiran melalui kontak kulit ke kulit, atau dari orang tua yang mengidap Mpox ke bayi atau anak selama kontak dekat.
4. Manusia ke Hewan
Di Bumi, ada banyak spesies hewan yang diketahui rentan terhadap virus sehingga ada potensi penularan virus dari manusia ke hewan dalam berbagai situasi.
Maka dari itu, orang yang telah terkonfirmasi atau diduga menderita Mpox harus menghindari kontak fisik dekat dengan hewan, termasuk peliharaan, seperti kucing, anjing, dan hamster, serta ternak dan satwa liar.
5. Hewan ke Manusia
Seseorang yang melakukan kontak fisik dengan hewan yang membawa virus, seperti beberapa spesies monyet atau hewan pengerat darat, seperti tupai pohon juga dapat tertular Mpox.
Biasanya, paparan tersebut dapat terjadi melalui gigitan atau cakaran. Tak hanya itu, penularan juga bisa terjadi selama aktivitas, seperti berburu, menguliti, menjebak, atau menyiapkan makanan. Virus juga dapat tertular melalui makan daging yang terkontaminasi yang tidak dimasak dengan matang.
Berdasarkan laporan “Technical Report Mpox di Indonesia Tahun 2023” oleh Kemenkes pada 2024, gejala Mpox pada kasus konfirmasi yang paling banyak dilaporkan adalah lesi, demam, ruam, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Sebagai informasi, WHO kembali menetapkan Mpox sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC) pada 14 Agustus 2024 menyusul peningkatan kasus Mpox di Republik Demokratik Kongo dan sejumlah negara di Afrika.
Menurut laporan Multi-country outbreak of mpox. External Situation Report 35 yang diterbitkan WHO pada 12 Agustus 2024, 116 negara anggota WHO sejak 1 Januari 2022 hingga 30 Juni 2024 melaporkan 99.176 kasus terkonfirmasi Mpox dan 208 kematian.
Di kawasan Afrika, Republik Demokratik Kongo menjadi negara dengan jumlah kasus Mpox tertinggi, yakni menyumbang sekitar 96 persen dari total kasus di benua tersebut.
Selama periode enam bulan terakhir, yakni 1 Januari hingga 30 Juni 2024. wilayah Afrika mengonfirmasi lebih banyak kasus Mpox dibandingkan wilayah lain dalam dua bulan berturut-turut. Hal ini dapat dikaitkan dengan meluasnya wabah dan meningkatnya jumlah kasus di wilayah tersebut, terutama di Republik Demokratik Kongo.
Dalam laporan terbaru WHO pada 15 Agustus 2024, Swedia menjadi negara pertama di luar benua Afrika yang mengkonfirmasi Mpox berjenis Clade 1b pada seseorang dengan riwayat perjalanan ke Afrika Tengah. Clade 1 dianggap lebih parah dan menular dibanding Clade 2.